Instagram

2.2.18

Istri harus lebih nurut suami dari pada orang tua?

Dear My self (diri sendiri)
Terkadang takdir membuat kita sadar
Akan sebuah pendewasaan dalam belajar
Hal yang tentu belum dapat kita sukai atau kita terima tentunya
Semakin bertambah nya umur,
Pernah gak sih kita sadar bahwa ada orang yang lebih tambah lagi umur nya dari kita?
Satu hal yang agak luput dari pikiran saya adalah tentang orang tua

Mungkin semuanya terlihat normal, orang tua yang selalu mendoakan kita, kita minta restu setiap harinya kepada beliau…Namun ternyata dari ke egoisan diri sendiri terkadang membuat kita lupa akan menua nya orang tua kita. Saya yang merasa masih perlu perhatian namun ternyata sangat egois, malah harusnya sebaliknya merekalah yang butuh perhatian dari kita.

Setelah kakak saya menikah dan “dibawa” oleh suaminya, saya memiliki “bonus” untuk bersama orang tua saya. Awalnya saya tidak menyadari tentang hal ini. Saya sangat dekat dengan kakak saya. Bila ada kesempatan ngobrol berdua pasti obrolannya entah masalah keluarga, politik, atau sampai ngebahas tentang “flat earth”. Saya merasa tanggung jawab orang tua adalah tanggung jawab bersama. Namun kakak saya memberitahukan bahwa apabila seorang perempuan yang telah menikah, akan jatuh hukum nya untuk mematuhi suaminya terlebih dahulu.


Hmmm….terus saya hanya terdiam. Sore itu terlihat mendung. Saya melihat kanan dan kiri jalan yang sedang rusak akibat pembangunan LRT. Kakak saya malah bilang “Mumpung lo masih belum married dek, Allhamdullilah papa mama masih lengkap. Gue yakin lo pasti ada rezekinya”. Apakah ini adil? Waktu itu saya masih saja kesal dibuatnya. Namun itulah yang membuat mata hati manusia yang benar-benar masih memiliki iman akan mendapatkan “hidayah”.  

Setelah percakapan itu, ternyata memang takdir mempertemukan ku dengan kenyataan bahwa orang tua memang adalah hal utama. Saya merasa sangat bersyukur. Sedikit banyak diantara teman-teman saya yang sudah tidak memiliki orang tua, yang orang tua nya sudah sakit, atau pun yang orang tua nya berpisah.

Walaupun selayaknya gejolak jiwa muda yang ingin menjelajah “dunia” setelah duduk dibangku sekolah. Setelah saya lulus kuliah, pasti ingin bekerja. Kegundahan hati saya datang ketika, orang tua meminta untuk bekerja di Jakarta saja, supaya tidak merantau lagi. Saya awalnya bingung, sempat sudah ditawari disebuah oleh perusahaan pengembang jalan tol swasta yang ada dipinggir Jakarta, namun tetap saja Mama, meminta untuk tetap “ngekos” dirumah. Dan akhirnya tawaran tersebut pun saya tolak.

Sebagai anak kedua dan sekaligus anak terakhir (bungsu), saya memiliki tanggung jawab; mungkin tanggung jawab moril yang harus saya berikan kepada mereka.

Orang tua tidak meminta harta mu, tidak meminta uang mu, mereka hanya meminta waktu mu

Ada satu hal lagi yang menarik. Semakin tua, orang tua makin sensitif. Hal-hal kecil saja dipermasalahkan. Mungkin tidak masuk kedalam logika kita, namun memang yang muda lah yang harus mengalah karena ada surga dibawah telapak kaki ibu (bahasa zaman old nya)
Sebelum tidur, saya selalu berdoa. Ya Alllaah semoga besok kelurga ku masih lengkap tanpa ada satu yang kurang pun. Aku masih butuh mereka Ya Allaaah….


Pagi itu mendung dan hujan menyelimuti rumah ku. Mama sedang memegang buku tabungan sambal berdzikir. Saya pun bertanya “Mama ngapain dzikir sambil megangin buku tabungan? Emangnya kalo megang buku tabungan sambil dzikir nanti angka 0 nya bakalan tambah gitu (guyon ku)” . Mama pun tertawa dan langsung berdoa “Dek, semoga mama bisa ya tuntasin kamu…kan udah momong cucu dari kakak, semoga bisa kesampean nimang cucu dari adek….”



Mama, Kakak, Rasyid, dan Aunty Dindin:)